Membiasakan Anak Untuk Menjaga Lingkungan
Sebagai
keluarga yang dilahirkan dari kampung di Lampung Utara, saya dan istri menjadi
sadar betul pentingnya menjaga lingkungan. Terlebih, belasan tahun mengajar di
Sekolah Alam Bogor membuat saya sadar betul akan pentingnya menjaga lingkungan.
Dan ketika memiliki anak, kebiasaan dalam menjaga lingkungan tersebut kami
ajarkan sejak dini.
Ada
kejadian lucu, saat saya, istri dan Zea berada di salah satu taman yang ada di
Bogor. Beberapa pengunjung dengan sadar dan tidak tahu malu membuang sampah
sembarangan dan itu dilihat langsung anak kami. Zea tersenyum kemudian mencolok
saya dan berkata, “ Ayah.... Ada yang buang sampah sembarangan! Itu tidak baik
kan, ayah!” ucapnya. Saya balas dengan anggukan lalu tersenyum. Rupanya
kebiasaan yang kami contohkan benar-benar membekas untuk Zea di umurnya yang
masih tiga tahun kala itu.
Ada
beberapa hal yang sudah kami lakukan dan biasakan untuk Zea sehingga membuang
sampah menjadi kebiasaan yang sudah sejak dini hadir.
Buang
Sampah Pada Tempatnya
Di
rumah atau ketika melakukan perjalanan, Zea sudah kami biasakan untuk membuang
sampah pada tempatnya. Ketika kami beberes dan ada beberapa sampah yang
terkumpul, biasanya Zea yang kami minta untuk membuangnya di tempat sampah.
Begitu pun dalam perjalanan atau ketika bertamasya, sampah bekas makanan kami
kumpulkan dan kami buang di tempat sampah. Jika belum menemukan tempat sampah
biasanya sampah kami simpan dulu sampai menemukan tempat sampah berikutnya.
Setiap
Selasa, Zea juga sudah paham jika akan ada mobil kebersihan yang akan mengambil
sampah di setiap rumah di komplek perumahan kami. Setiap mobil petugas
kebersihan yang datang, Zea akan berteriak dengan semangat.
Kebiasaan
demi kebiasaan ini rupanya membekas hingga kini untuk Zea.
Matikan
Lampu, AC, Peralatan Listrik yang Tidak Digunakan.
Untuk
perihal ini, Zea belum paham secara dalam mengingat mematikan lampu dan
peralatan listrik biasanya kami yang melakukan demi keamanan anak tentunya.
Biasanya Zea kami minta untuk mematikan AC di rumah ketika sedang tidak
digunakan.
Yang
kami lakukan, mencontohkan ini di depan Zea sembari memberi penjelasan mengapa
perlu mematikan lampu dan perangkat listrik yang sudah tidak terpakai.
Merawat
Tanaman
Di
rumah tepatnya di teras dan depan pagar, kami menanam beberapa tanaman hias
untuk keindahan, supply oksigen dan penghisap polutan seperti tanaman jenis
sencifera, tanaman sirih gading yang merambat dan beberapa tanaman lainnya.
Biasanya
Zea, saya minta bantuan untuk menyiram tanaman. Biasanya juga Zea melihat
bagaimana tanaman saya beri pupuk atau menambah tanah yang berkurang karena
terbawa air saat melakukan penyiraman. Kegiatan itu dilakukan agar Zea paham
bahwa memelihara tanaman itu penting untuk manusia.
Menghabiskan
Makanan
Makan
bersama sudah menjadi kebiasaan keluarga kami. Kalau saya dan istri pasti akan
menghabiskan makanan yang kami ambil tanpa menyisakan sebutir nasi pun. Namun
buat Zea rupanya hal tersebut belum menjadi kebiasaan. Kami pun memaklumi dan
terus mencontohkan.
Kenapa
menghabiskan makanan terkait dengan menjaga lingkungan. Sebab makanan yang
disajikan merupakan bagian dari hasil pertanian yang tentunya memakan energi
lingkungan. Selain itu makanan yang disajikan juga melalui proses memasak yang
tentunya menggunakan energi listrik, gas dan lainnya. Jika tidak menghabiskan
makanan hal tersebut tentu saja membuang energi tadi. Selain itu, makanan yang
tersisa juga menjadi sampah makanan.
Bijak
Menggunakan Air
Penggunaan
air juga menjadi pembelajaran Zea dalam menjaga lingkungan. Sedini mungkin Zea
diajak untuk menghemat air dan membiasakan tidak membuang-buang air. Walaupun
butuh proses yang lama, dengan mencontohkan setiap hari perihal menghemat air.
Saya dan istri berharap, kebiasaan itu dapat melekat di diri Zea.
***
Begitulah,
cara kami dalam mengajarkan anak untuk menjaga lingkungan. Tentunya kami
mencontohkan kebiasaan-kebiasaan itu setiap hari sembari menjelaskan kenapa
begini kenapa begitu. Lambat lain anak bakal paham dan ikut terbiasa dalam
menjaga lingkungan.
Komentar
Posting Komentar